Song Am


Pada masa lalu ketika agama Buddha berperanan penting dalam kehidupan masyarakat, orang-orang senantiasa mengunjungi kuil Buddha untuk melakukan ibadah dan membagi-bagi kue yang diperoleh di kuil tersebut menjelang hari raya tahun baru.

Sementara orang-orang mengadakan selamatan bagi lelehur mereka di rumah, mereka juga mengunjungi kuil Buddha untuk menggelar upacara ritual khusus yang disebut 'Cheondojae' demi lelehur mereka dapat kembali ke surga.

Salah satu musik Buddha tradisional adalah Beompae dan musik ini sedikit berbeda dengan doa Buddha yang sering didengarkan di kuil. Dewasa ini, lagu Beompae dapat didengarkan pada saat diadakan upacara ritual tertentu seperti 'Yeongsanjae' atau 'Uranbunjae'.

Pada hakekatnya, musik religius seperti itu berasal dari negara India. Saat sekarang, Yeongsanjae yang mengandung seluruh lagu dari Beompae ditetapkan sebagai Aset Budaya penting non-bendawi No 50 pada tahun 2009. Selain itu, telah terdaftar sebagai Warisan Lisan dan tak berwujud kemanusiaan UNESCO.

Biksu Songam berjasa untuk melestarikan musik Beompae yang hampir akan lenyap dalam masa penjajahan Jepang. Berkat ayahnya yang juga seorang biksu Buddha, dia tinggal di dekat kuil Bongwon dan sering menonton dan mendengar Beompae dari usia dini. Ketika dia menjadi seorang biksu, mengikuti jejak ayahnya, dia mulai belajar Beompae itu dengan sungguh-sungguh dari biksu-biksu lain yang telah menguasainya.

Untuk mempelajari dan menguasai Beompae, biasanya seseorang memerlukan waktu beberapa bulan. Tetapi, Songam berbeda dan dia mempunyai bakat dalam bidang itu, sehingga dia dapat menguasai sekitar dua Beompae dalam sehari. Kira-kira dua tahun kemudian, dia mendapat reputasi sebagai 'biksu Beompae' dan selalu diundang ke kuil-kuil di seluruh Korea untuk upacara ritual yang diadakan di sana.

Pada bulan November 1973, upacara ritual Yeongsanjae ditetapkan sebagai Aset Budaya Penting Tak Berwujud dan Songam bersama dengan biksu Byeogeung diberi gelar sebagai pemegang seni musik religius. Setelah itu, Songam membeli alat perekam dan menyimpan semua catatan Beompae dalam bentuk rekaman. Kemudian, dia juga mendirikan Asosiasi Pelestarian Yeongsangjae di kuil Bongwon dan sebuah universitas khusus yang mengajarkan musik Beompae secara profesional.

Dengan demikian, biksu Songam telah menyediakan landasan untuk Beompae untuk dapat direstarikan secara sistematis. Beompae sedang dihargai karena bukan hanya musik religius tetapi juga musik yang mempengaruhi musik jenis lainnya.



Source : kbs kr.co
Trans Ind : TR@IniSajaMo
TAKE IT WITH FULL CREDIT !

Comments